Sabtu, 09 April 2011

makalah psukologi umum 11- belajar


MAKALAH 
BELAJAR
K E L O M P O K  III
(disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi umum II)


uin bandung.JPG
 






Disusun oleh kelompok III
Hilman Gufron
Ilham siddiq
Leni herlina
Meta Farihatul Fauzia
Nela Anggraeni


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011




KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. salawat dan salam tidak lupa kami sampaikan pada Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nani Nuranuisah Djamal,M.Pd.,M.Psi selaku dosen Psikologi Umum  yang telah memberikan tugas tentang “BAHASA” kepada kelompok kami, dan juga untuk rekan-rekan seperjuangan semoga Allah senantiasa membimbing kita semua dalam pencarian ilmu.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...


Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandung, Maret 2011



Penulis





 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang                                                                                                                  1
1.2 Rumusan Masalah                                                                                                             1
BAB II BELAJAR
2.1 Pengertian Belajar                                                                                                             2
2.2 Teori-teori Belajar                                                                                                             3
2.3 Jenis-Jenis Belajar                                                                                                             3
2.4 Tujuan dan Fungsi Belajar                                                                                                4
2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Belajar..................................................................... 4
2.6 Metode dan Efisiensi Belajar                                                                                            5
BAB III ANALISIS FILM                                                                                                   6
BAB IV KESIMPULAN                                                                                                       7
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                        8

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
`1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Belajar?
2.      Apa saja teori-teori belajar?
3.      Apa saja jenis-jenis belajar?
4.      Apa tujuan dan fungsi belajar?




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif. Adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguat.(B.F.SKINNER)
Belajar adalah perubahan perolehan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. (CHAPLIN 1972 : Dictionary of Psychology)
Belajar adalah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam/ organisme sebagai hasil pengalaman. (WITTIG)
Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar adalah proses yang terjadi dalam otak manusia
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
2.2 Teori-Teori Belajar
2.2.1 Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
  1. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
  2. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
  3. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.


2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
  2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
  2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
2.2.2 Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
  1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
  2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
  3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
  4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
  5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
2.2.3 Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
2.2.4 Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
  1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
  2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
  3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
  4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
  5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
  6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
  1. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
  2. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
  3. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
  4. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
  1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
  2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
  3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
  4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
  5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

2.3 Jenis-Jenis Belajar
Jenis-jenis belajar bisa dikelompokan berdasarkan tujuan dan hasil yang diperoleh adri kegiatan belajar, cara atau proses yang ditempuh dalam belajar, teknik atau metode belajar dan sebagainya. Perkembangan atas pengelompokan jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
Dilihat dari tujuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar, para ahli umumnya mengemukakan delapan jenis belajar berikut (Saodih & Surya, 1971 ; Syah,1995; Effendi & Praja 1993).
1.      Belajar Abstrak
Belajar abstrak adalah belajar dengan menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah memperoleh pemahaman serta pemecahan yang tidak nyata.
2.      Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah proses belajar yang bertujuan memperoleh keterampilan tertentu dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik.
3.      Belajar Sosial
Belajar social adalah belajar yang bertujuan memperoleh keterampilan dan pemahaman terhadap masalah-masalah social, penyesuaian terhadap nilai-nilai social dan sebagainya.
4.      Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan memecahkan berbagai masalah secara logis dan rasional. Tujuannya ialah memperoleh kemampuan atau kecakapan kognitif guna memecahkan masalah secara tuntas.

5.      Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis atau sesuai dengan akal sehat. Tujuannya ialah memperoleh beragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
6.      Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada. Tujuannya adalah agar individu memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan lebih positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu atau bersifat kontekstual.
7.      Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi pada dasarnya adalah belajar mempertimbangkan nilai atau arti penting suatu objek. Tujuannya adalah agar individu memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (effective skills).
8.      Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan dimaksudkan sebagai belajar untuk memperoleh sejumlah pemahaman, pengertian, informasi da sebagainnya. Tujuannya adalah agar individu memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu.
2.4 Tujuan dan Fungsi Belajar
2.4.1 Penggunaan sumber belajar bertujuan untuk:
1) Menambah wawasan pengetahuan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru,
2) Mencegah verbalistis bagi siswa,
3) Mengajak siswa ke dunia nyata,
4) Mengembangkan proses belajar-mengajar yang menarik, dan
5) Mengembangkan berpikir divergent pada siswa (Semiawan, 1992:97)

Pemanfaatan sumber belajar sudah barang tentu akan menambah wawasan pengetahuan siswa. Melalui sumber belajar, pemahaman siswa mengenai suatu materi pelajaran akan bertambah. Hal tersebut sekaligus akan mencegah verbalistis bagi siswa. Dengan pemanfaatan sumber belajar maka siswa tidak hanya mengetahui materi pelajaran dalam bentuk kata-kata saja, namun secara komprehensif akan mengetahui substansi dari materi yang dipelajari. Sumber belajar juga bertujuan mengajak siswa ke dunia nyata. Dalam pengertian, siswa tidak hanya berada dalam bayangan-bayangan suatu materi akan tetapi melalui sumber belajar, siswa langsung dihadapkan ke dunia nyata, yaitu suatu situasi yang berhubungan langsung dengan materi pelajaran.
Pemanfaatan sumber belajar juga bertujuan mengembangkan proses belajar-mengajar yang menarik. Dalam pengertian, melalui pemanfaatan sumber belajar sudah barang tentu proses belajar-mengajar lebih aktif dan interaktif. Hal menarik yang dapat dijumpai ketika guru memanfaatkan sumber belajar adalah adanya interaksi banyak arah, yakni antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan guru.
Berpikir divergent merupakan suatu aktivitas berpikir di mana siswa mampu memberikan alternatif jawaban dari suatu permasahalan yang dibahas. Melalui pemanfaatan sumber belajar diharapkan siswa mampu berpikir divergent.

2.4.2 Adapun fungsi sumber belajar sebagai:

            1) sarana mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan,
2) mengeratkan hubungan antara siswa dengan lingkungan,
3) mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa,
4) membuat proses belajar-mengajar lebih bermakna (Semiawan,1992:100).


Keterampilan memproses perolehan mengacu pada sesuatu yang dapat diperoleh ketika guru memanfaatkan sumber belajar. Oleh karena itu, fungsi sumber belajar sebagai sarana mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan berhubungan dengan aktivitas guru dalam memanfaatkan sumber belajar. Dalam pengertian, ketika guru memanfaatkan sumber belajar sudah barang tentu harus ada sesuatu yang dapat diperoleh oleh siswa.
Fungsi sumber belajar lainnya adalah mengeratkan hubungan siswa dengan lingkungan. Hal tersebut berhubungan dengan pemanfaatan sumber belajar yang dilakukan guru. Semakin guru memanfaatkan sumber belajar yang berasal dari lingkungan sekitar, maka siswa semakin dekat dengan lingkungannya.
Pengalaman dan pengetahuan siswa akan materi pelajaran yang dipelajari merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, keberadaan sumber belajar berfungsi untuk mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa. Melalui pemanfaatan sumber belajar, maka pengalaman dan pengetahuan siswa akan lebih berkembang.
Fungsi sumber belajar yang membuat proses belajar-mengajar lebih bermakna, berhubungan dengan aktivitas guru dalam memanfatakan sumber belajar. Melalui pemanfaatan sumber belajar yang tepat, maka guru dapat membuat proses belajar-mengajar lebih bermakna. Artinya, guru mampu mengelola proses belajar-mengajar yang berpusat pada siswa, bukan proses belajar-mengajar yang berpusat pada guru.

2.5
Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara garis besar factor-faktor yang memengaruhi eblajar dapat dibagi emnjadi dua bagian :
1.      Factor Endogen
Factor endogen atau factor internal adalah semua factor yang berada dalam diri individu yang meliputi dua factor yaitu factor fisik dan psikis.
a.      Factor Fisik
Factor fisik bisa dikelompokan menjadi beberapa kelompok antara lain factor kesehatan. Selain factor kesehatan, ada factor lain yang penting yaitu factor cacat-cacat yang dibawa sejak anak berada dalam kandungan.
b.      Factor Psikis
·         Factor Intelegensi atau kemampuan
·         Factor Perhatian dan minat
·         Factor Bakat
·         Factor Motivasi
·         Factor Kematangan
·         Factor Kepribadian

2.      Factor Eksogen
Factor eksogen adalah factor yang berasal dari luar diri. Factor eksogen sebenarnya meliputi banyak hal, namun secara garis besar kita bisa membaginya dalam tiga factor yakni :
a.      Factor keluarga
Keluarga merupakan kelompok social pertama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia social didalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.
b.      Factor sekolah
Factor lingkungan social sekolah seperti para guru, pegawai administrasi dan teman sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar seorang anak. Bimbingan yang baik dan sistematis dari para guru terhadap pelajaran yang mendapat kesulitan dalam belajar bisa membantu kesuksesan anak dalam belajar.
c.       Factor lingkungan lain
Selain factor keluarga dan sekolah yang etlah dijelaskan diatas, factor teman bergaul dan beraktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengaruhi kegiatan belajar anak. Aktivitas diluar sekolah memang baik namun tidak semua aktivitas dapat membantu perkembangan seorang anak. Jika seorang anak terlalu banyak melakukan aktivitas diluar rumah dan sekolah sementara ia kurang mampu membagi waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut akan merugikan anak karena kegiatan belajarnya menjadi terganggu.












BAB III
ANALISIS FILM

             Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada objek penelitian antara simpanse dan manusia,  manusia dan simpanse  dalam proses belajar di dalam film tersebut sesuai dengan pernyataan  dari B.F. Skinner bahwa keduanya yang melakukan proses adaptasi yang berlangsung secara progresif, adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal bila diberi penguat, contohnya permen tadi.
             Ada perbedaan antara proses belajar simpanse dan manusia, terlihat dari bagaimana manusia lebih mengikuti stimulus yang diberikan kepadanya daripada simpanse, dikarenakan faktor psikologis pada variabel kognitif yaitu kemampuan intelegensi manusia melebihi simpanse.











BAB IV
KESIMPULAN

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar adalah proses yang terjadi dalam otak manusia
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Jenis-jenis belajar bisa dikelompokan berdasarkan tujuan dan hasil yang diperoleh adri kegiatan belajar, cara atau proses yang ditempuh dalam belajar, teknik atau metode belajar dan sebagainya. Perkembangan atas pengelompokan jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
Dilihat dari tujuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar, para ahli umumnya mengemukakan delapan jenis belajar (Saodih & Surya, 1971 ; Syah,1995; Effendi & Praja 1993).
 Adapun fungsi sumber belajar sebagai berikut :
1) sarana mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan,
2) mengeratkan hubungan antara siswa dengan lingkungan,
3) mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa,
4) membuat proses belajar-mengajar lebih bermakna (Semiawan,1992:100).



DAFTAR PUSTAKA


Sobur, alex. 2003. PSIKOLOGI UMUM.  Pustaka setia : bandung




Text Box: ii