Jumat, 08 April 2011

Implikasi nilai kehidupan dalam dzikir hati


semester 1
Nama : Leni Herlina
Kelas  : 1B – psikologi
Nim    : 1210 600 051
Implikasi nilai kehidupan dalam dzikir hati
عن نافع ، عن ابن عمر ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « إن هذه القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد » قيل يا رسول الله ، فما جلاؤها ؟ قال : « ذكر الموت وتلاوة القرآن » - ( ومن مسند عبد الله بن عمرو 3924 ) قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد قيل فما جلاؤها يا رسول الله قال : كثرة تلاوة كتاب الله تعالى وكثرة الذكر لله عز وجل
Dari Musnad Abdullah bin Amr, berkata : Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya hati itu terdapat kotoran sebagaimana besi berkarat. Dikatakan apa pembersihnya ya Rasulullah? Dijawab: banyak membaca quran dan banyak berdzikir.
Dalam berdzikir mengucapkan lafadz "laa ilaaha illallaah", ada tiga proses: bertakholli yaitu mengosongkan segala isi hati yang dianggap Tuhan. Kemudian tahap kedua, ber- Tahalli yaitu memasukkan yang sudah ditiadakan tadi berupa Ilah. Tahalli berasal kata dari halal atau memasukkan kesadaran penuh akan keagungan dan kedekatan kepada Allah di hati. Kemudian Tuhan yang diagungkan itu dengan mengucapkan Illallaah adalah proses Tajalli atau mengagungkan (jalla) yang hanya diberikan kepada Allah.
Dalam berdzikir terbagi dalam dua hal yaitu, dzikir lisan dan dzikir hati. Dzikir lisan  menghasilkan dzikir dalam hati, sedangkan dzikir hati menghasilan muroqobah (saling mengawasi antara kita dan Allah, dimana Allah mengawasi kita dan kita pun mengawasi Allah). Adapun yang lebih mendekati pembersihan hati adalah dzikir tarekat Naqsabandiyah, yaitu dzikir ismudzat.
Sedangkan dzikir hati itu sebagai upaya untuk bisa merasa dekat dengan Allah. Di dalam dzikir hati ada perasaan muroqobah dengan Allah. Jadi fungsinya beda: Kalau dzikir jahar berfungsi untuk mengikis kotoran sedangkan dzikir hati membantu untuk menghilangkan batu yang gelap gulita agar bisa terang benderang. Karenanya nur ilahi yang kita terima dalam hati lalu tidak tampak sinarnya mungkin karena kotoran seperti hal-hal di atas. Maka dengan dihilangkan melaui pedengaran  dan penglihatan bisa menjadi bersih.
Dzikir hati, yaitu berdzikir dengan mengkonsentrasikan diri pada suatu makna (di dalam hati) yang tidak tersusun dari rangkaian huruf dan suara. Karenanya, seorang yang sedang berdzikir jenis ini tidak akan terganggu oleh apa pun juga.
Berdzikirlah mengingat Allah dengan hati tanpa bersuara, dan tanpa diketahui oleh orang lain dan tanpa ada lafal dan ucapan yang dikeluarkan dengan suara.
Seperti dalam firman Allah SWT yang berbunyi :
“Dan sebutlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (Q.S Al Araaf : 205)
Hati merrupakan tempat pengawasan Allah, tempat bersemayamnya iman, tempat bersumbernya rahasia, dan tempat bertenggernya cahaya. Hati yang baik akan mengakibatkan jasad seluruhnya menjadi baik. Begitu juga hati yang buruk akan berdampak menjadikan jasad menjadi buruk.
Dari ‘Âisyah r.a., beliau berkata bahwa Nabi Saw. pernah bersabda, “Zikir (dengan tak bersuara) lebih unggul daripada dzikir (dengan bersuara) selisih tujuh puluh kali lipat. Jika tiba saatnya hari kiamat, maka Allah akan mengembalikan semua perhitungan amal makhluk-makhluk-Nya sesuai amalnya. Para malaikat pencatat amal datang dengan membawa tulisan-tulisan mereka. Allah berkata pada mereka, ‘Lihatlah apakah ada amalan yang masih tersisa pada hamba-Ku ini?’ Para malaikat itu menjawab, ‘Kami tidak meninggalkan sedikit pun amalan yang kami ketahui kecuali kami mencatat dan menulisnya.’ Allah lalu berkata lagi (pada hamba-Nya itu), ‘Kamu mempunyai amal kebaikan yang hanya Aku yang mengetahuinya. Aku akan membalas amal kebaikanmu itu. Kebaikanmu itu berupa zikir dengan sembunyi (tak bersuara).” (HR Al-Baihaqî).
Seorang hamba tidak dikatakan mukmin, jika hatinya tidak terpaut pada apa yang harus diimaninya. Begitu pula ibadah yang menjadi tujuan tidak akan sah jika tidak menyertainya dengan niat (di dalam hatinya).
Semua pekerjaan yang dilakukan oleh anggota tubuh tidak akan diterima kecuali dengan peranan hati. Hati sendiri dapat berperan (mampu berjalan sendiri) tanpa dituntun oleh anggota tubuh lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar