Jumat, 08 April 2011

Ma’rifat kepada Rukun islam

Tugas 8 (semester 1)
Nama : Leni Herlina
Kelas : I B
Nim : 1210 600 051

Ma’rifat kepada Rukun islam
Tauhid adalah akar dalam seluruh keimanan dan seluruh nilai. Dalam mempedalami tauhid kita dituntut untuk memahami prosesnya diantaranya rukun iman dan rukun islam.
Rukun islam seperti yang kita ketahui diantaranya sahadat, shalat, zakat, puasa dan ibadah haji. Namun apakah cukup dengan mengetahuinya saja? Tentu tidak, selain kita di tuntut mengetahuinya, kita juga dituntut me-marifatnya.
Ma'rifat berarti mengetahui atau mengenal. Pengertian tersebut bisa diperluas lagi menjadi: cara mengetahui atau mengenal Allah melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya yang berupa mahluq-mahluq ciptaan-Nya. Sebab dengan hanya memperhatikan tanda-tanda kekuasaan-Nya kita bisa mengetahui akan keberadaan dan kebesaran Allah SWT. Kita tentu yakin dan faham betul, bahwa tidak ada satu mahluq pun walau sekecil atau sebesar apapun, yang ada dengan sendirinya.
1. ma’rifat dengan sahadat
Syahadat merupakan ruh, inti dan landasan seluruh agama islam. Syahadat merupakan 2 kalimat yaitu :
“Ashadu An-Laa Ilaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasullulah”
.Kalimat syahadat memiliki makna yaitu:
1. Kalimat pertama menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai satu-satunya Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allâh sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.
2. Kalimat kedua menunjukkan pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allâh. Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allâh seperti yang disampaikan melalui Muhammad saw, seperti misalnya meyakini hadist-hadis Muhammad saw. Termasuk di dalamnya adalah tidak mempercayai klaim kerasulan setelah Muhammad saw.
2. ma’rifat dengan Shalat
Shalat merupakan tiang agama dan yang akan di pertanggung jawabkan pertama kali adalah shalat. Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat, diantaranya ia bersabda: "Perjanjian yang memisahkan kita dengan mereka adalah salat. Barangsiapa yang meninggalkan salat, maka berarti dia telah kafir”.
Di dalam shalat kita dituntut untuk khusu. karena dengan khusu kita bisa mendekatkan diri dengan Allah dan mencegah dari perbuatan tercela. Seperti dalam firman Allah yg berbunyi :
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji (zinah) dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(al-‘Ankabut : 45)
3.ma’rifat dengan zakat
Suatu cabang atau dimensi tauhid dalam rububiah yang sangat ditekankan dalam Al-quran ialah bahwa Allah yang maha kuasa adalah satu-satunya yang memberi rezeki kepada makhluk-mahluknya.
Seperti firman Allah dalam Q.S 35:3 yg artinya:
“hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah suatu pencipta selain Allah yang dapat memberi rezeki kepada kamudari langit dan bumi? Tiada tuhan selain Dia, maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?”
Kadang kala, salah satu watak manusia yang tercela ialah selama mereka merasa lapar, haus, dan membutuhkan hal-hal material lainnya. Mereka akan berdoa pada Allah, tetapi setelah kebutuhannya terpenuhimereka lupa pada Allah.
Maka dari itu manusia dituntut untuk berzakat supaya mereka ingat bahwa semua rezeky itu berasal dari Allah dan biasa lebih mendekatkan diri pada Allah.
4. ma’rifat dengan puasa
Puasa dalam agama Islam (Ṣaum) artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Perintah puasa difirmankan oleh Allah pada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183.
Puasa dapat juga diartikan menahan. yaitu menahan keinginan hawa nafsu(atau jasad/diri).namun justru malah menjalankan keinginan keinginan Allah lah yang terkandung di dalam AlQuran. sehingga lebih optimal lagi dalam menjalankan ibadah yang Allah inginkan.
Perintah puasa lebih menekankan kedalam aktifitas sendi kehidupan. dimana mampunya kita untuk menahan hawa nafsu kita (bahkan hingga makan dan minum pun kita tahan) kemudian menjalankan keinginan Allah sepenuhnya. sehingga meraih Taqwa Perintah pusa jatuh pada madinah. dimana dikondisi ummat islam saat itu baru saja hijrah dari mekkah setelah di tekan dari berbagai sisi kehidupan.. namun di sinilah terlihat sifat kesabaran(tidak lemah, tidak lesu, pantang mundur) dari semangat ummat islam untuk bangkit menyebarkan ayat-ayat Allah. Dengan begitu puasa dapat lebih mendekatkan kita pada allah.
5. ma’rifat dengan ibadah haji
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut:
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun hajjatul wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.
Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul.
Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim (nabinya agama Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim.
Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.
Dengan ibadah haji ini akan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah, semua peristiwa ini, membentuk system dari aneka fenomena yang dimulai dari niat, ucapan, sampai kepada tindakan yang dilakukan oleh orang-orang khususnya umat islam untuk mencapai ridho Allah.


DAFTAR PUSTAKA :
1. Taqi Muhamad. 1996. MONOTEISME: Tauhid Sebagai Sistem Nilai dan Akidah Islam. Penerbit lentera: Jakarta.
2. www.google.com

1 komentar: