Jumat, 08 April 2011

makalah PSIKOLOGI ISLAM “FUNGSI JIWA MANUSIA, DAN STRUKTUR KEBENARAN”


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...


Bandung,       Desember 2010

Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................       i
DAFTAR ISI .........................................................................................................      ii
BAB I       PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................      1
1.2 Identifikasi Masalah......................................................................      1
BAB II      FUNGSI JIWA MANUSIA DAN STRUKTUR KEBENARAN
2.1  “KUBUS” Fungsi Jiwa Manusia......................................................      2
2.2  Fungsi Psikis Manusia...................................................................      2
2.2.1        Kognitif..............................................................................      2
2.2.1.1  Kognitif Ruhaniah’.................................................      4
2.2.1.2  Kognitif Aqliah.......................................................      4
2.2.1.3  Kognitif Naluriah...................................................      5
2.2.2        Fungsi Afektif....................................................................      5
2.2.2.1  Fungsi Afektif Ruhaniah........................................      5
2.2.2.2  Fungsi Afektif Nafsiah...........................................      6
2.2.2.3  Afektif Jisimiah......................................................      6
2.2.3        Fungsi Amalan...................................................................      6
2.2.4        Teori Jung..........................................................................      7
2.2.4.1  Konsep Inti Teori Jung...........................................      7
2.2.4.2  Sikap Jiwa..............................................................      7
2.2.4.3  Tipologi Jung.........................................................      8
2.2.4.4  Pesona...................................................................      8
2.3  Substansi Nafsani..........................................................................      9
2.3.1        Kalbu.................................................................................      9
2.3.2        Akal...................................................................................    10
2.3.3        Nafsu.................................................................................    11
2.4  Struktur Kebenaran.......................................................................    12
2.5  Skema Struktur Kebenaran...........................................................    14
BAB III     KESIMPULAN......................................................................................    15
3.1  Kesimpulan....................................................................................    15
ii
 
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................    17






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Kadang kala kita sebagai manusia tidak pernah menyadari akan perilaku kita selama ini, sehingga kita dituntut untuk lebih mengetahui struktur diri kita sendiri apalagi bagi seorang calon psikologi. Namun tidak jarang kita hanya melihat aspek dari segi jasmani saja atau dari luar. Kita tidak pernah menyadari suatu hal yang penting yang sangat berperan dalam tingkah laku kita selama ini yaitu jiwa.
Pengetahuan akan fungsi jiwa sangat minim di masyarakat apalagi mengenai struktur kebenaran akan jiwa itu sendiri. Apa saja fungsi jiwa dan struktur kebenaran masih sangat kurang pemahaman di masyarakat saat ini.
Sehingga pada kesempatan ini, kami akan membahas mengenai “Fungsi Jiwa Manusia dan Struktur Kebenaran”

1.2  Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah makalah ini yaitu :
1.      Apa saja fungsi jiwa itu?
2.      Apa saja yang sangat mempengaruhi fungsi psikis manusia?
3.      Keterkaitan bagian fungsi jiwa satu sama lain?
4.      Hubungan potensi jiwa dengan sifat kebenaran?


BAB II
FUNGSI JIWA MANUSIA DAN STRUKTUR KEBENARAN

2.1  “KUBUS” Fungsi Jiwa Manusia
             Al-‘aql                                                                                                      al-ruh
                                                                                                              Al-Islam
                                 Al-nafsu                                                                                                    al-qalb
            Al-iman
                                    Al-kufr                                                                                                     al-ihsan
  Al-hayawan
                                                                                                                 Al-jism
                     Al-syaitan                                                                                                               al-nabati

Keempat sisi  kubus dalam gambar di atas, menggambarkan tentang fungsi psikis manusia secara keseluruhan.
1.      Sisi al-alaq, al-iman, dan al-hayawan adalah sisi kognitif (pengetahuan).
2.      Sisi al-ruh, al-Islam, dan al-jisim adalah fungsi psikis berupa amalan (perbuatan).
3.      Sisi al-qalb, al-ihsan, dan al-nabati adalah fungsi afeksi (perasaan).
4.      Sisi al-nafsu, al-kufr, dan al-syaitan adalah fungsi kemauan (keinginan hawa nafsu).

2.2  Fungsi Psikis Manusia
2.2.1        Kognitif
Fungsi kognitif adalah fungsi psikis manusia di bidang kesadaran, pemikiran, pengetahuan, interpretesi, pemahaman, idea, dan kecerdasan yang bersifat individual.
Fungsi ini memancar dari daya (energy) masing-masing aspek dan dimensi psikis manusia yaitu aspek jismiah, aspek nafsiah, dan aspek ruhaniah serta fungsi al-qalb yang menjaga keseimbangan rohani dalam diri manusia.
Pasangan dimensional bagi nafsu adalah al-syaitan. Maka al-syaitan berfungsi sebagai pemecah dan perusak fungsi al-jism (Al-hayawan dan al-nabati). Jadi al-nafsu dan al-syaitan merupakan hubungan dimensional “kesadaran-ketidak sadaran” individual.
Sehingga al-nafsu, al-alq, al-qalb, dan al-ruh adalah sisi atapnya. Al-syaitan, al-hayawan, al-nabati, dan al-jism adalah sisi alasnya.
Keseluruhan sisi “kubus” tersebut yaitu :
1.      Mencerminkan hubungan dimensional “kesadaran-ketidak sadaran” jiwa manusia,
2.      Keseimbangan dunia-akhirat,
3.      Rasional-emosional,
4.      Pandangan dunia dan akhirat.
Dalam firman Allah SWT yang berbunyi :
dan carilah apa saja yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) di akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan dunia dan berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah berbuat baik padamu. Dan janganlah berbuat kerusakan di bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orng yang berbuat kerusakan”.
Maka tiga konsep dasar hubungan fungsi agama dalam Islam yaitu iman, Islam, dan ihsan. Jadi, iman mengatasi hubungan dimensional yaitu pengetahuan akliah (akal) dan pengetahuan naluriah dengan memasukkan konsep mengenai metafisik (di luar alam dunia), iman berhubungan dengan pengetahuan akal insani (keraguan namun disadari) dan pengetahuan naluriah hewani (instink) yang tanpa di sadari, dan pengetahuan imani adalah yang berdasarkan kepastian dan kesadaran. Maka, fungsi kognitif menjadi kognitif ruhaniah, kognitif nafsiah, dan kognitif jismiah.
2.2.1.1  Kognitif Ruhaniah
Kognitif ruhaniah adalah fungsi psikis di bidang pengenalan yang diperoleh melalui daya-daya psikis berupa pengetahuan, pemahaman, kecerdasan, dan kesadaran dari aspek ruhaniah. Kognitif ruhaniah yaitu kognitif yang bersumber dari dimensi al-ruh dan kognitif yang bersumber dari dimensi al-fitrah.
Kognitif yang bersifat al-fitrah menghasilkan pengetahuan, kesadaran, dan pengenalan yang bersifat transcendental dan eskalogis (pengetahuan dan kesadaran terhadap keagamaan dan keimanan) seperti: keimanan pada Allah, malaikat, dan hari akhir. Dalam kognitif ini juga tertampung berbagai emosi manusia (rasa takut, harap, cemas, cinta, kesetian, dan pengagungan).
Sedangkan, kognitif yang bersumber dari dimensi ar-ruh menghasilkan pengenalan dan kesadaran spiritual yang berdasarkan kemampuan potensi luhur batin manusia. Jenis kognitif ini adalah kognitif prakonsepsi yaitu pengenalan yang tidak dapat dikonsepsikan atau diteorikan.  Wujudnya dalam kehidupan sehari-hari yang berupa kebijaksanaan dan sifat manusia.

2.2.1.2  Kognitif Aqliah
Kognitif aqliah adalah kemampuan jiwa untuk memperoleh pengetahuan melalui daya-daya akal. Meliputi taffakur (memikirkan), taddabur (mencari makna dibalik teks atau realitas), ta’ammul (merenungkan), istibsar (memperhatikan dengan cermat), dan nazar (meneliti berupa observasi dan eksperimen).
Daya-daya ini merupakan daya psikis yang berfungsi bagi manusia untuk mengolah informasi untuk memperoleh pengetahuan.




2.2.1.3  Kognitif Naluriah
Kognitif naluriah adalah daya-daya jiwa untuk mengetahui yang bersumber dari alat indra. Kognitif naluriah berhubungan dengan aspek jismiah seperti :
1.      Kulit (al-jild) sebagai alat peraba (al-lams)
2.      Hidung (al-anf) sebagai alat pencium (al-summ)
3.      Telinga (al-uzun) sebagai fungsi pendengaran (al-sam)
4.      Mata (al-ain) sebagai pungsi penglihatan (al-absar)
5.      Lidah (lisan), kedua bibir (al-syafatain), dan mulut (al-famm) sebagai fungsi pengucapan (al-qawl).
Semua daya itu merupakan alat-alat bagi jiwa manusia untuk memperoleh informasi dari dunia luar.

2.2.2        Fungsi Afektif
Fungsi afektif adalah fungsi psikis untuk menentukan sikap atas dasar pertimbangan yang bersifat menilai terhadap sesuatu. Contohnya, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Terdapat tiga jenis fungsi afektif pesikis manusia yaitu afektif ruhaniah, afektif nafsiah, dan afektif jismiah.
2.2.2.1  fungsi afektif rohaniah
Afektif ruhanian adalah fungsi penentuan sikap atas dasar pertimbangan keyakinan spiritual dan keyakinan agama. Afektif ruhaniah juga dibedakan dalam dua jenis afektif, yaitu afektif spiritual dan afektif agamis.
Afektif spiritual adalah pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan kepada potensi spiritual yang merupakan hal-hal yang berhubungan dengan proses aktualisasi potensi luhur batin manusia yang berdasarkan nilai-nilai universal untuk kebaikan umat manusia (mencintai sesama manusia, dan berbuat baik kepada sesama).
Afeksi agamis adalah pertimbangan-pertimbangan berdasarkan keyakinan agama berupa sejumlah prinsip dan aturan yang ditetapkan oleh agama yang diyakini seseorang yaitu ihsan. Ihsan berhubungan dengan qalb.
Qalb merupakan pengatur keseimbangan informasi di dalam diri manusia. Sehingga fungsi ihsan adalah mengatasi dan memadukan keseimbangan batin dengan keseimbangan Yang Maha Batin, yaitu Allah.       

2.2.2.2  fungsi Afektif Nafsiah
Fungsi afeksi nafsiah terdiri dari tigak fungsi yaitu : afektif aqliah, afektif qalbiah, dan afektif naluriah. Afektif naluriah adalah penentuan sikap atas dasar pertimbangan rasional, yaitu pertimbangan logis, benar, salah, atau kepentingan.
Afektif qalbiah adalah penentuan sikap atas dasar pertimbangan baik dan buruk. Sedangkan, afektif naluriah adalah penentuan sikap atas dasar pertimbangan keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh jika melakukan suatu perbuatan (atas dasar pertimbangan logika, etik, dan manfaat).

2.2.2.3  Afektif Jismiah
Afektif jismiah adalah penentuan sikap atas dasar kepentingan kebutuhan fisik-biologis (makan, minum,dan okigent). Pada tahap ini nilai kualitas kemanusiaan tidak fungsional. Dengan demikian, afektif jismiah adalah sikap-sikap yang berada pada pemenuhan kebutuhan biologis saja.

2.2.3        Fungsi Amalan
Fungsi amalan adalah tampilan daya-daya psikis dalam bentuk tingkah laku, atau upaya menampilkan masing-masing daya pada aspek dan dimensi psikis manusia dalam bentuk tingkah laku.
Kegiatan Islamai yang memadukan dan mengatasi pilihan-pilihan bebas murni didalam batin dan keharusan jasadi yang mengikuti sunatulloh dengan keharusan metapisikuntuk mengikuti hukum ilahi yang mengatasi alam lahir dan batin . inilah fungsi jiwa manusia yang disebut dengan amalan.

2.2.4        Teori Jung
Pandangan Jung tentang manusia adalah bahwa ia menggabungkan teleologi dan kausalitas. Tingkah laku manusia ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu dan rasi (kausalitas) tetapi juga oleh tujuan–tujuan dan aspirasi–aspirasi (teleologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa depan sebagai potensialitas sama–sama membimbing tingkah laku orang sekarang.
2.2.4.1  Konsep Inti Teori Jung
Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang psyche. Psyche ialah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi, jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu :
Alam sadar (kesadaran)
Fungsinya sebagai penyesuaian terhadap dunia luar.
Struktur kesadaran :
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa.
2.2.4.1.1        Fungsi jiwa
Ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda–beda.
Fungsi Jiwa
Sifatnya
Cara Bekerjanya
Pikiran
Rasional
Dengan penilaian: benar – salah
Perasaan
Rasional
Dengan penilaian: senang – tak senang
Pendriaan
Irrasional
Tanpa penilaian: sadar – indriah
Intiusi
Irrasional
Tanpa penilaian: tak sadar – naluriah

2.2.4.2  Sikap jiwa
Ialah arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya.
Berdasarkan atas sikap jiwanya manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu:
1.      Manusia–manusia yang bertipe ekstravers
Orang yang ekstravers terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif,  yaitu dunia luar dirinya.
2.      Manusia–manusia yang bertipe introvers
Orang yang introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri

2.2.4.3  Tipologi Jung
Dengan mendasarkan pada dua komponen pokok daripada kesadaran itu sampailah Jung pada empat kali dua atau delapan tipe, empat tipe ekstravers dan empat lagi introvers.
Sikap Jiwa
Fungsi Jiwa
Tipe
Ketidaksadarannya
Ekstravers
Pikiran
Pemikir ekstravers
Perasa introvers

Perasaan
Perasa ekstravers
Pemikir introvers

Pendriaan
Pendria ekstravers
Intuitif introvers

Intuisi
Intuitif ekstravers
Pendria introvers
Introvers
Pikiran
Pemikir introvers
Perasa ekstravers

Perasaan
Pemikir introvers
Pemikir ekstravers

Pendriaan
Perasa introvers
Intuitif ekstravers

Intuisi
Intuitif introvers
Pendria ekstrave

2.2.4.4  Persona
Persona adalah cara individu dengan sadar menampakkan diri ke luar (ke dunia sekitarnya). Persona merupakan kompromi antara individu dan masyarakat, antara struktur batin diri sendiri dengan tuntutan–tuntutan sekitar mengenai bagaimana seharusnya orang berbuat.
Alam tak sadar (ketidaksadaran)
Fungsinya sebagai penyesuaian terhadap dunia dalam.
Struktur ketidaksadaran :
Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif.

2.3    Substansi Nafsani
Nafs dalam khazanah Islam dapat berarti jiwa (soul), nyawa, atau ruh. Nafs dalam hal ini yaitu komponen jasad dan ruh bergabung. Nafs adalah potensi jasadi (psikofisik) manusia yang secara alami telah ada sejak manusia yang menerimanya.
Perbedaan substansi jasmani, ruhani, dan nafsani.
No
Substansi Ruh
Substansi Jasad
Substansi Nafs
1
Adanya di alam Arwah (materi) atau alam perintah
Adanya di alam dunia/ jasadi atau alam penciptaan
Adanya di alam jasadi dan ruhani
2
Tercipta secara langsung dari Allah tanpa melalui proses gradusi
Tercipta secara bertahap atau berproses dan melalui perantara
Tercipta secara bertahap dan proses dan terkadang tidak
3
Tidak memiliki bentuk rupa, kadar, dan tidak disifati
Memiliki bentuk, rupa, kadar, dan di sifati
Antara berbentuk dan tidak, dan dapat disifati atau tidak.

Substansi nafs memiliki potensi ghazirah (insting, naluri, tabiat, dan sifat bawaan). Maka jika sifat ghazirah ini dikaitkan dengan substansi jasad dan ruh maka dibagi menjadi, al-qalb (berhubungan dengan rasa dan emosi), al-aql (berhubungan dengan cipta atau kognisi), dan al-nafs (berhubungan karsa dan konasi).
2.3.1        Kalbu
Kalbu merupakan materi organic yang memiliki sistem kognisi yang berdaya emosi. Kalbu terdiri dari dua aspek yaitu kalbu jasmani dan kalbu ruhani. Kalbu jasmani adalah daging yang berbentuk seperti jantung pisang yang terletak di dalam dada sebelah kiri (biasa disebut jantung), sedangkan kalbu ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus yang berhubungan dengan kalbu jasmani (esensi manusia).
Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, maka semua tubuh menjadi baik, tetapi apabila ia rusak maka semua tubuh menjadi rusak pula. Ingatlah bahwa ia adalah kalbu” (H.R. al-bukhari).
Fungsi kalbu :
1.      Fungsi emosi yang menimbulkan daya rasa.
2.      Fungsi kognisi yang menimbulkan daya cipta.
3.      Fungsi konasi yang menghasilkan daya cipta.
Dari sudut kondisinya, kalbu memiliki kondisi :
1.      Baik, yaitu kalbu yang hidup, sehat, dan mendapatkan kebahagiaan.
2.      Buruk, yaitu kalbu yang mati dan mendapatkan kesengsaraan
3.      Antara yang baik dan hidup, yaitu kalbu yang hidup namun berpenyakit.

2.3.2        Akal
Akal memiliki arti menahan, melarang, dan mencegah. Maka orang yang berakal yaitu orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya. Akal merupakan organ tubuh yang terletak di kepala (otak) yang memiliki cahaya nurani dan dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan dan kognisi. Akal juga diartikan sebagai energy yang mampu memperoleh, mengolah, dan mengeluarkan pengetahuan.
Fungsi akal :
1.      Berfungsi untuk berfikir.
2.      Menghantarkan eksistensi manusia pada tingkat kesadaran.
3.      Mampu mencapai kebenaran.  

2.3.3        Nafsu
Nafsu adalah daya nafsani yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan al-ghadhabiyah dan al-syahwaniyah. Al-ghadhah adalah suatu daya yang berpotensi untuk menghindari diri dari segala yang membahayakan, yaitu tingkah laku yang berusaha membela atau melindugi ego terhadap kesalahan, kecemasan, dan rasa malu, juga melindugi diri sendiri, memanfaatkan, dan merasionalisasikan perbuatan sendiri.
Sedangkan al-syahwat adalah suatu daya yang berpotensi meginduksi diri dari segala yang menyenangkan (keinginan, birahi, hawa nafsu). Nafsu dikenal dengan konasi yaitu bereaksi, berbuat, berusaha, berkemauan, dan berkehendak.

2.3.4        skema perbandingan
No
Kalbu
Akal
Nafsu
1
Berkedudukan di jantung
Berkedudukan di otak
Berkedudukan di perut dan alat kelamin yang berbentuk syahwat
2
Berdaya emosi (rasa)
Berdaya kognisi (cipta)
Berdaya konasi (cipta)
3
Mengikuti natur ruh yang ilahiah (ketuhanan)
Mengikuti natur ruh dan jasad yang insaniah (insan)
Mengikuti natur jasad yang hayawaniah (hewan)
4
Potensi bersifat zauqiah (cita-rasa) dan hadsiah (intuitif)
Potensinya bersifat argumentative dan logis
Potensinya bersifat indrawi
5
Berkedudukan pada alam supra kesadaran manusia
Berkedudukan pada alam kesadaran manusia
Berkedudukan pada alam atau pra sadar manusia
6
Apabila mendominasi jiwa manusia maka menimbulkan kepribadian yang tenang.
Apabila mendominasi jiwa manusia maka menimbulkan kepribadian yang labil
Apabila mendominasi jiwa manusia maka menimbulkan yang jahat

2.4      Struktur Kebenaran
Lima dimensi pada manusia yang memiliki potensi untuk mencari, menemukan, dan menerima kebenaran atau ilmu pengetahuan yaitu
1.      Al-jisim
2.      Al-aql
3.      Al-qalb
4.      Al-ruh
5.      Al-fitrah
Namun hanya dua dimensi yang berkembang mencapai puncaknya yaitu al-jism (inderawi, sensori) dan aql (pikiran, rasional). Segala sesuatu yang tidak bersumber dari inderawi (sensori) atau akal rasional, diyakini sebagai sesuatu yang tidak ada, tidak benar, tidak logis, dan tidak masuk akal. Sikap yang penuh percaya terhadap inderawi dan akal ini yang telah melahirkan ilmu perkembangan sains dan teknologi.
Dalam hubungannya dengan potensi-potensi jiwa dan raga manusia, dapat dipahami tentang bagai mana cara manusia memperoleh ilmu pengetahuan. Secara umum manusia memperoleh ilmu pengetahuan melalui lima cara, yaitu:
1.      Potensi al-jism berupa alat indra (sensori). Potensi ini berupa kemampuan untuk melihat, mendengar, mencium, dan merasa. Manusia menggunakan alat indera ini untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Seperti kutifan dalam buku filsafat menjelaskan :
“apa yang kita lihat, dengar, sentuh, cium, dan cicipi, yakni pengalaman kita yang konkrit membentuk bidang pengetahuan, begitulah pendirian pengikut aliran empirisme. Empirisme menekan kemampuan manusia untuk mempersepsi, atau pegamatan yang diterima panca indera dari lingkungan. Pengetahuan itu, kita peroleh dengan membentuk ide sesuai dengan fakta yang kita amati.”
Pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini (paham empirisme), kemudian diproses melalui bantuan akal (rasional) menghasilkan ilmu pengetahuan. Memperoleh pengetahuan ini berarti dengan menggunakan kekuataan dan daya-daya jismiah.
2.      Potensi akal berupa pemikiran rasional. Potensi ini digunakan dalam untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat rasional (paham rasionalisme).
“rasionalisme adalah pandangan yang mengakui bahwa kita mengetahui apa yang kita pikirkan dan bahwa akal memiliki kemampuan untuk menangkap kebenaran dengan diri sendiri, atau pengetahuan itu diperoleh dengan membandingkan ide dengan ide. Dengan menggunakan kemampuan manusia untuk berfikir dan apa yang diberikan akal kepada pengetahuan”.
Dengan demikian, kemampuan akal dapat memberikan pengetahuan kepada manusia. Melalui cara ini, manusia memperoleh pengetahuan rasional dan logis.
3.      Potensi qalb. Dimensi qalb memiliki kemampuan rasional dan emosional. Kecerdasan emosional merupakan bagian terpenting dalam jiwa manusia yang  menentukan sukses atau menderitanya seseorang. orang yang paling mampu mengendalikan emosi dan menahan diri adalah orang yang paling tinggi kecerdasannya. Dengan potensi qalb ini, manusia dapat mengetahui hal-hal yang pantas dan layak untuk dilakukan.
4.      Potensi al-ruh berupa potensi spiritual. Potensi spiritual adalah keyakinan adanya Tuhan yang ditanamkan dalam diri manusia. Cirri utama orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah adanya keinginan untuk memberi kontribusi bagi umat manusia.
5.      Potensi fitrah. Dengan potensi ini manusia memperoleh pengetahuan religious. Pengetahuan religious adalah pengetahuan yang berhubungan dengan keyakinan dan agama (wahyu, hari kiamat, surge, neraka)
Berdasarkan itu semua, dapat dijelaskan bahwa dalam diri manusia ada dimensi yang berfungsi sebagai sumber kekuatan dan daya dalam diri manusia untuk mengetahui dan mengenal Tuhan dan agama serta tingkah laku yang baik.

2.5      Skema Struktur Kebenaran
No
Potensi
Pengetahuan
Cara memperoleh
Sifat kebenaran
1
Al-jism
Sains
Observasi dan eksperimen
Sensoris
2
Al-aql
Filsafat
Argumentasi logis
Rasional
3
Al-qalb
Etika, estetika
Latihan empiris
Etika estetika
4
Al-ruh
Mistik
Latihan spiritual
Spiritual
5
Al-fitrah
Agama
Iman
Transcendental
      

BAB III
KESIMPULAN

3.1  Kesimpulan
Fungsi psikis manusia terbagi kepada :
1.      Fungsi kognitif : 1. Kognitif ruhaniah
                           2  kognitif aqliah
                           3  kognitif naluriah
2.      Fungsi afektif :   1. Fungsi afektif ruhaniah
                           2  fungsi afektif nafsiah
                              3  Afeksi jismiah
3.      Fungsi amalan
·         Fungsi kognitif : di bidang kesadaran dan pengetahuan
·         Kognitif ruhaniah : bersumber dari dimensi al-fitrah (emosi manusia)
·         Kognitif aqliah : bersumber dari taffakur (meneliti) dan mengobservasi sehingga didapatkan pengetahuan
·         Kognitif naluriah : bersumber dari alat indera
·         Fungsi afektif : menilai terhadap sesuatu
·         Fungsi afektif ruhaniah : bersumber pada batin manusia
·         Fungsi afektif nafiah : pertimbangan rasional (logis, benar, salah)
·         Fungsi jismiah : kepentingan fisik biologis
·         Fungsi amalan : pengaplikasiannya terhadap tingkah laku.
Nilai kebenaran :
·         Al-jisim berupa alat indera
·         Al-aql berupa pemikiran rasional
·         Al-qalb berupa pemikiran rasional dan emosional
·         Al-ruh berupa spiritual (keyakinan terhadapa agama)
·         Al-fitrah berupa pengetahuan religious (neraka, surga, iman)
Semua fungsi jiwa dan sifat kebenarannya adalah bertujuan untuk mendukung kebenaran agama, ilmu pengetahuan, dan sebagai media memperkuat keyakinan iman kita kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, 2002, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Raja Granpindo Persada
Baharudin, 2007, Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

3 komentar:

  1. http://www.vsi-ym.com/?id=almabruq

    BalasHapus
  2. thnks sangat bermanfaaat
    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fherisuroyo%2F.wordpress.com

    BalasHapus