Sabtu, 09 April 2011

Arti penting watak bagi manusia-filsafat manusia


Nama : leni herlina
Nim    : 1210 600 051
Kelas  : II B-psikologi
Arti penting watak bagi manusia
Sejak lahir kita memiliki temperamen tertentu, yang terkait dengan konstruksi tubuh kita, khususnya di bagian empedu, lendir dan darah kita. Adanya sifat-sifat khas pada seseorang sebagai akibat dari dominannya salah satu cairan badaniah tersebut, itulah yang disebut temperamen. Dari sifat-sifat dominan itulah orang dapat digolongkan ke dalam salah satu dari empat temperamen dasar, yakni: Sanguinis, Choleris, Melankolis, dan Plegmatis. Umumnya sifat-sifat orang merupakan perpaduan dari empat temperamen dasar itu, dimana bisa salah satu dari unsur itu lebih dominan dari yang lain. Dari keempat jenis temperamen dasar itu orang bisa dibedakan sebagai ekstrovert (sanguinis, kholeris) dan introvert (melankolis, plegmatis); logis (kholeris, plegmatis) dan emotionalsentimentil (sanguinis, melankolis). Keempat jenis temperamen dasar itu memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga kita memandangnya tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Watak atau karakter merupakan diri kita yang sesungguhnya, merupakan hasil olah temperamen, yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan (pendidikan, agama, budaya, kebiasaan-kebiasaan, serta tekanan dan tantangan hidup yang kita lalui). Dengan demikian, watak atau karakter bukanlah bawaan lahir seperti halnya temperamen, melainkan yang terbentuk kemudian, khususnya melalui lingkungan dan penghayatan nilai-nilai tertentu yang ditanamkan oleh lingkungan kepada kita. Dengan demikian watak tau karakter adalah diri kita yang harus kita pertanggung jawabkan. Maka kita harus mendidik karakter kita agar dia terbentuk dengan baik. Pendidikan karakter bukan hanya dengan cara tunduk saja pada pengaruh lingkungan, melainkan dengan cara kritis menilai dan kemudian mengambil sikap yang tepat.
Kepribadian adalah keseluruhan diri kita, termasuk di dalamnya watak dan temperamen serta kebiasaan-kebiasaan lain yang ikut mempengaruhi pembawaan diri kita. Kepribadian bisa saja mencerminkan dengan baik temperamen atau watak kita, dan bisa juga berbeda dengan itu. Kepribadian itu umumnya merupakan diri kita yang ingin kita perlihatkan kepada orang lain. Bisa saja suatu saat kita berusaha tampil dengan ramah,karena kita ingin orang memiliki kesan seperti itu kepada kita, tapi pada saat lain kita tampil dengan tegas, dan sebagainya, tergantung kita ingin mengesankan diri kita seperti apa kepada orang lain. Tentu saja ini tidak mencerminkan diri kita yang sesungguhnnya, melainkan lebih sebagai topeng saja, suatu wajah yang ingin kita perlihatkan kepada orang lain. Namun bagi orang yang berkembang dengan baik dalam arti yang sesungguhnya, maka kepribadian yang dia ingin perlihatkan kepada orang tidak lain dari dirinya yang sesungguhnya.
1. Empat jenis temperamen
Keempat jenis temperamen di atas akan dijelaskan lebih lanjut :
1). Sanguinis. Ditandai dengan sifat: hangat, meluap-luap, lincah, bersemangat dan pribadi yang“menyenangkan.” Pada dasarnya mau menerima. Pengaruh/kejadian luar dengan gampang masuk ke pikiran dan perasaan, yang membangkitkan respons yang meledak-ledak. Perasaan lebih berperan dari pada pikiran refleksif dalam membentuk keputusan. Orang sanguinis sangat ramah kepada orang lain, sehingga dia biasanya dianggap seorang yang sangat ekstrovert.
2). Koleris. Seorang choleris tampil hangat, serba cepat, aktif, praktis, berkemauan keras, sanggup mencukupi keperluannya sendiri, dan sangat independen. Dia cenderung tegas dan berpendirian keras, dengan gampang dapat membuat keputusan bagi dirinya dan bagi orang lain. Seperti seorang sanguinis, seorang choleris adalah seorang ekstrovert, walau tidak seekstrovertnya seorang sanguinis. Seorang choleris hidup dengan aktif. Dia tidak butuh digerakkan dari luar, malah mempengaruhi lingkungannya dengan gagasan-gagasannya, rencana, tujuan, dan ambisiambisinya yang tak pernah surut.
3). Melankolis. Si melankolis adalah seorang yang paling “kaya” di antara semua temperamen. Dia seorang analisis, suka berkorban, bertipe perfeksionis dengan sifat emosi yang sangat sensitif. Tidak seorang pun yang dapat menikmati keindahan karya seni melebihi seorang melankolis. Sebenarnya dia mudah menjadi introv e r t , tetapi ketika perasaannya lebih dominan, dia masuk ke dalam bermacammacam keadaan jiwa. Kadang-kadang mengangkatnya pada kegembiraan yang tinggi yang membuatnya bertindak lebih ekstrovert. Akan tetapi pada saat lain dia akan murung dan depressi, dan selama periode ini dia menarik diri (withdrawn), dan bisa menjadi seorang yang begitu antagonistis (bersifat bermusuhan).
4). Phlegmatis. Si phlegmatis adalah seorang yang hidupnya tenang, gampangan, tak pernah merasa terganggu dengan suatu titik didih yang sedemikian tinggi sehingga dia hampir tak pernah marah. Dia adalah seorang dengan tipe yang mudah bergaul, dan paling menyenangkan di antara semua temperamen. Phlegmatis berkaitan dengan apa yang dipikirkan oleh Hippocrates mengenai cairan dalam badan yang menghasilkan yang “tenang,” “dingin,” “pelan,” temperamen yang memiliki keseimbangan yang baik. Baginya hidup adalah suatu kegembiraan, dan kadang menjauh dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Dia begitu tenang dan agak diam, sehingga tak pernah kelihatan terhasut, bagaimana pun keadaan sekitarnya.
2. Watak
Walaupun istilah kepribadian dan watak sering dipergunakan secara bertukartukar, namun Allport memberi pengertian berikut: “character is personality evaluated and personality is character devaluated”. Allport beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai istilah “kepribadian.”
3. Hubungan antara kepribadian, watak dan temperamen
Kepribadian, watak dan temperamen berkaitan satu sama lain. Ketiga-tiganya menyangkut diri seseorang. Kepribadian dan watak lebih dekat satu sama lain, bahkan sering disamakan. Kalau kita terutama bermaksud menggambarkan pribadi seseorang sebagaimana adanya, sifat dan pembawaannya yang khas, di situ kita bicara terutama mengenai kepribadiannya, yang punya keunikan tersendiri. 
Dalam arti normatif kita berbicara terutama tentang watak; sedangkan dalam arti deskriptif, kita berbicara terutama tentang kepribadian. Berbicara tentang watak juga sekaligus bicara tentang kepribadian, bergantung mana yang kita tekankan, aspek normatifnya atau aspek deskriptifnya.
1.      arti normatif
Kata watak digunakan apabila orang bermaksud mengenakan norma-norma kepada orang yang sedang dibicarakan. Contohnya : ”ia orang yang pandai, tetapi sayang tidak berwatak dan ia orang terdidik tetapi tidak punya watak”
Orang berwatak apabila sikap, tingkah laku dan perbuatannya dipandang dari segi norma sosial.
2.      arti deskriptif
Kepribadian dan watak adalah satu sama lain, tetapi di pandang dari segi yang berlainan. Apabila orang akan mengnakan norma-norma yang berarti mengadakan penilaian digunakan istilah ”watak”. Tetapi apabila tidak digunakannya penilaian sehingga menggambarkan apa adanya dipakai istilah ”kepribadian”

Watak dan sifat ruh saat keluar dari dari tubuh manusia akan menentukan bentuk ukhrawi manusia, yang akan segera tampak bagi mata ghaib di alam barzakh. Setiap manusia di alam barzakh juga akan melihat dirinya dalam bentuk itu ketika pertama kali membuka matanya di sana – bila ia memang memiliki mata penglihatan (bashar). Tidaklah mesti manusia memasuki alam yang akan datang itu dalam bentuk yang sama dengan ketika berada di alam fisik ini. Allah sendiri telah  berfirman melalui lidah sebagian orang: “Wahai Tuhanku, mengapa Kau bangkitkan aku dalam keadaan buta padahal dulunya aku aku dapai melihat”. Allah menjawab, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-­ayat Kami, tetapi kamu melupakannya, dan begitu pula pada, hari ini kamu pun dilupakan”. (QS Thaha [20]: 125-126).

1 komentar: